Misteri pulau Easter, Tanah kelahiran manusia burung
Diposting oleh astrounik pada Selasa, 12 Juli 2011
- Erich von Däniken
 
Pelaut  pertama Eropa yang mendarat di pulau Easter pada awal abad ke  delapanbelas hampir-hampir tidak dapat mempercayai penglihatannya  sendiri. Di bagian dunia yang kecil ini, 2.350 mil dari pantai Chili,  mereka melihat ratusan patung besar-besar tersebar di seluruh pulau.  Gunung yang besar-besar diubah bentuknya, batu vulkanis yang bagaikan  baja dipotong-potong bagaikan memotong mentega layaknya dan 10.000 ton  batu karang besar-besar bertebaran di mana-mana. 
Ratusan  patung besar di antaranya ada yang tinggi nya antara 33 sampai 66 kaki  dan beratnya kurang lebih 50 ton, selamanya menatap muka para pengunjung  masa sekarang, seolah-olah menantang, bagaikan robot yang sedang  menanti untuk digerakkan lagi.Semua raksasa ini memakai topi, tetapi  topi-topi inipun tidak banyak membantu menjelaskan dari mana asalnya  patung-patung ini. Batu untuk topi-topi itu yang beratnya ada yang lebih  dari sepuluh ton satu balok letaknya jauh dari bagian badannya. Di  samping itu, topi tersebut harus dikerek ke atas setinggi masing-masing  patung.
Ketika  itu ditemukan juga lembaran-lembaran sejarah dari kayu bertuliskan  huruf Mesir Kuno.Tetapi sekarang tidaklah mungkin untuk menemukan lebih  dari fragmen-fragmen lembaran sejarah itu di semua musium di dunia ini.  Dari yang masih ada itu tidak ada satupun yang sudah diterjemahkan.  Menurut penyelidikan Thor eyerdahl, raksasa-raksasa misterius ini  berasal dari tiga zaman. Yang tersempurna dari tiga kebudayaan itu ialah  yang tertua. 
Heyerdahl  menetapkan sisa-sisa orang kayu yang ia temukan berasal dari tahun 400  sesudah masehi. Masih belum dapat dibuktikan sampai sekarang, apakah  tempat-tempat perapian dan sisasisa tulang ada hubungannya dengan patung  raksasa itu. Heyerdahl menemukan ratusan patung yang belum selesai di  dekat tebing batu karang dan dekat pinggiran kawah. Ribuan perkakas  terbuat dari batu, berserakan di mana-mana, seolah-oleh pekerjaan telah  ditinggalkan secara mendadak.
Pulau  Easter letaknya jauh dari benua mana pun, atau dari peradaban apapun.  Penduduk aslinya lebih mengenal bulan dan bintang-bintang dari pada  penduduk negara mana pun. Di atas pulau kecil yang berbatubatu vulkanis  ini, tidak tumbuh sebatang pohonpun. Di sinipun sudah tentu keterangan  bahwa batu-batu raksasa diangkut ke sana dengan jalan mendorongnya di  atas kayu-kayu gelondongan tidak berlaku. Di samping itu, pulauEaster  ini hampir tak mungkin dapat memberi makan penduduknya yang pada waktu  itu di taksir 2000 jiwa. Sekarang di pulau itu terdapat beberapa ratus  orang penduduk.
Impor  sandang pangan untuk keperluan tukang-tukang batu di waktu itu hampir  tak masuk akal. Kalau begitu siapa yang memotong batu untuk patung dan  siapa yang memahatnya, mengukirnya, dan siapa yang mengangkutnya ke  tempat sejauh bermil-mil tanpa gelondongan? Bagaimana menghiasnya,  memolesnya, dan mendirikannya? Bagaimana cara memasangkan topi yang  didatangkan dari berbagai tempat itu? Karena kurangnya tenaga kerja di  pulau Easter, maka sistem “holopis-kuntul baris” yang di praktekkan di  Mesir terhadap ratusan ribu tenaga kerja dalam pembangunan piramida, tak  dapat kita bayangkan kemungkinannya. 
Bahkan  2000 orang yang bekerja siang dan malam pun, tak akan cukup untuk  memahat patung-patung raksasa ini dari batu-batu vulkanis yang keras  bagaikan baja ‘dengan perkakas yang sangat sederhana. Harus diingat pula  bahwa sedikitnya sebagian dari penduduk harus mengolah tanah yang  tandus itu, harus mencari ikan, harus menenun pakaian dan membuat tali.  Jadi, patung-patung raksasa itu tak mungkin telah dibuat oleh 2000 orang  penduduk pulau itu.

Jumlah  penduduk yang lebih besar dari itu, tak masuk akal di pulau Easter.  Lalu siapa gerangan yang telah menyelesaikan pekerjaan itu? Dan  bagaimana caranya? Dan mengapa patung-patung itu didirikan di sekitar  pinggiran pulau?. Mengapa bukan di pedalamannya?. Peribadatan apakah  yang dilaksanakan orang dengan patung-patung itu? Sangat disayangkan,  bahwa para pembawa kabar injil dari Eropa pun tak dapat membantu  menyingkap tabir kegelapan pulau itu. 
Mereka  telah membakar lembaran sejarah yang bertuliskan huruf-huruf Mesir  Kuno; mereka melarang peribadatan kuno, penyembahan patung-patung itu,  dan menghapuskan segala jenis tradisi. Namun demikian, sebagai  orang-orang soleh, mereka tak dapat melarang penduduk asli menyebut  pulau itu “Tanah Manusia Burung”. Sekarang pun pulau itu disebut  demikian. 
Dongeng  rakyat yang diceri terakan dari mulut ke mulut turun-temurun,  mengatakan bahwa di zaman purbakala, manusia bersayap mendarat dan  menyalakan api di sana. Dongeng ini diperkuat oleh patung-patung makhluk  terbang bermata besar dan menatap. Mau tak mau kita akan  menghubung-hubungkan pulau Easter ini dengan Tiahuanaco. Di Tiahuanaco  seperti juga halnya di Easter terdapat patung raksasa batu yang stylenya  sama.
Baik  di Tiahuanaco maupun di Easter, patung-patung itu berwajah angkuh  tetapi sabar. Ketika Francisco Piqarro mewawancarai orang-orang Inca  tentang Tiahuanaco dalam tahun 1532, mereka mengatakan, tiada seorangpun  pernah melihat keamanan. Kota itu porak-poranda karena Tiahuanaco di  bangun di waktu malam dalam sejarah umat manusia. Pulau Easter dalam  hikayat-hikayat disebut “pusat dari dunia”. Jarak antara Tiahuanaco dan  pulau Easter ialah 3.125 mil. Bagaimana mungkin kebudayaan Tiahuanaco  mengilhami kebudayaan pulau Easter atau sebaliknya ? Barangkali mitologi  pra Inca dapat memberikan petunjuk-petunjuk. 
Menurut  mitologi ini, dewa pencipta bernama Viracocha, adalah seorang dewa  utama purbakala. Menurut hikayat, Viracocha menciptakan makhluk dunia  ketika dunia ini belum mempu nyai matahari masih gelap gulita. Ia  mencipta dan memahat suatu ras raksasa dari batu, dan karena  raksasaraksasa ini mengecewakan Viracocha, maka ditenggelamkannya semua  raksasa itu ke dalam suatu air bah yang dalam. 
Kemudian  ia terbitkan matahari dan bulan di atas Danau Titicaca, sehingga dunia  menjadi terang benderang, ya, kemudian bacalah ini dengan teliti: Ia  membentuk manusia dan binatang dari tanah liat di Tiahuanaco dan  memberinya nyawa.
Kemudian  ia mengajar makhluk-makhluk hidup ciptaannya ini; bahasa, adat  istiadat, dan kesenian. Akhirnya ia terbangkan sebagian di antaranya ke  berbagai benua, yang ia harapkan untuk dihuni oleh makhluk- makhluk  hidup itu. Setelah itu dewa Viracocha disertai dua orang pembantunya  mengadakan kunjungan ke berbagai negara untuk mencek apakah  instruksi-instruksinya dilaksanakan dan bagaimana hasilnya.
Dengan  menyamar sebagai orang tua, Viracocha berkelana di atas pegunungan  Andes sepanjang pantai, di mana ia sering tidak disambut dengan baik.  Suatu waktu di Cacha, ia demikian kecewa terhadap penyambutan dirinya  sehingga ia marah dan membakar suatu tebing batu karang, dan tak lama  kemudian membakar seluruh negeri. 
Kemudian  orang-orang yang tak mengenal rasa syukur memohon  pengampunannya.Viracocha menerima dan memadamkan api itu hanya dengan  satu gerak isyarat. Viracocha meneruskan perjalanannya,memberikan  instruksi-instruksi,dan nase hat-nasehat. Sebagai hasil dari kunjungan  dan instruksinya itu, banyak kuil yang didirikan baginya. Akhirnya di  pantai profinsi Manta ia mengucapkan selamat tinggal dan menghilang  dengan mengendarai gelombang-gelombang di atas samudra, tetapi bermaksud  akan kembali lagi suatu waktu.
Para  pemenang perang dari Spanyol, yang menaklukkan Amerika Tengah dan  Selatan mendengar hikayat Viracocha itu di setiap daerah yang  ditaklukkannya di mana sebelumnya mereka tak pernah mendengar ceritera  tentang orang-orang kulit putih bertubuh raksasa yang datang dari suatu  tempat di udara. Cukup mengherankan, mereka belajar mengenal suatu ras  keturunan matahari yang mengajar segala jenis seni kepada umat manusia  dan kemudian lenyap kembali.
Dalam  segala hikayat yang pernah didengar orang-orang Spanyol, ada kepastian  bahwa putera-putera matahari ini akan datang kembali. Sekalipun benua  Amerika itu tempat kebudayaan purbakala, namun pengetahuan kita tentang  Amerika hanya sampai 1000 tahun ke belakang. Bagi kita masih tetap  merupakan suatu rahasia, mengapa pada tahun 3000 sebelum masehi orang  orang Inca menanam kapas di Peru, padahal mereka tidak mempunyai  perkakas tenun dan tidak mengetahui teknik bertenun. Orang Maya membuat  jalan, tetapi tidak pernah menggunakan kendaraan beroda sekalipun mereka  mengetahui bagaimana membuatnya.
Kalung  lima untai dari permata hijau yang fantastis itu, yang terdapat dalam  piramida pusara dari Tikal di Guatemala itu pun merupakan sesuatu yang  ajaib. Disebut ajaib karena permatanya berasal dari negeri Cina.  Patung-patung dari Olmec pun luar biasa. Patung-patung yang kepalanya  berhelm indah itu, hanya dapat di kagumi di tempat mana dia ditemukan;  karena beratnya luar biasa, tak akan ada satu jembatan pun yang dapat  menahannya dalam pengangkutan patung itu ke salah satu musium. 
Kita  hanya dapat mengangkat monolit-monolit kecil yang beratnya hanya lima  puluh ton atau kurang, itupun harus dengan alat-alat angkat dan angkutan  yang paling mutakhir. Alat-alat teknik yang kita miliki sekarang ini  akan berantakan bila digunakan untuk mengangkat dan mengangkut muatan  yang beratnya ratusan ton seperti patung-patung itu. Tetapi nenek-moyang  kita dapat mengangkut dan mengukir batu-batu itu. 
Bagaimana  ya? Malah nampaknya seolah-olah orang purbakala itu gemar sekali  menyulap patung raksasa itu melintasi bukit dan lembah. Orang-orang  Mesir purbakala mengambil batu tugunya dari Aswan, para arsitek dari  Stonehenge mengambil balok-balok batunya dari Wales dan Malborough,  tukang batu dari pulau Easter mengambil batu untuk patung-patung  raksasanya dari tambang galian yang jauh dari tempatnya sekarang.
Tiahuanaco
Tiada  seorang pun sekarang mengetahui dari mana asalnya sebagian dari  monolit-monolit di Tiahuanaco. Nenek moyang kita itu tentunya  orang-orang aneh. Mereka senang sekali membuat barang-barang yang bagi  mereka sendiri sukar. Mereka selalu mendirikan patung di tempat-tempat  yang paling sulit baginya. Apakah mereka menyukai kehidupan yang berat?  Saya tidak percaya bahwa para artis dari masa silam kita pernah berbuat  sebodoh itu.
Sebenarnya  mereka dapat dengan mudah mendirikan patung dan kuil-kuil itu di dekat  tambang galian batunya, jika tradisi kuno tidak mengharuskan  mendirikannya di tempat yang patut untuk itu. Juga saya yakin bahwa  benteng orang-orang Inca di Sacsakuaman yang dibangun di atas Cuqqo,  tidak secara kebetulan, melainkan karena tradisi mereka menentukan bahwa  tempat itu merupakan tempat suci.
Saya  juga yakin bahwa di tempat mana ditemukan bangunan monumen yang paling  kuno, di sana akan terdapat peninggalan peninggalan paling menarik dan  paling penting; belum terjamah, ada di bawah tanah; yakni peninggalan  yang mungkin penting sekali bagi kelanjutan perkembangan dalam bidang  penerbangan ruang angkasa masa kini.
Angkasawan-angkasawan  yang tak di kenal itu pasti berpandangan lebih jauh daripada kita  sekarang. Mereka yakin bahwa pada suatu waktu orang akan terbang menuju  alam semesta atas inisitatifnya sendiri dan menggunakan kemahirannya  sendiri. Adalah suatu fakta sejarah yang sudah diketahui umum, bahwa  para cendekiawan kita selalu mencari orang-orang yang mempunyai  perhatian yang sama, mencari rekan sesama cendekiawan di dalam kosmos.  Pemancar-pemancar masa kini sudah mulai mengirimkan pulsa-pulsa radio  pertama kepada cendekiawan yang belum kita kenal. Kita masih belum  mengetahui kapan kita mendapat jawaban; sepuluh, limabelas atau serutus  tahun lagi.
Bahkan  kita tidak mengetahui ke bintang mana harus kita tujukan pesan kita  itu, karena kita tidak mengetahui planet mana yang paling banyak menaruh  perhatian kepada kita. Di manakah isyarat-isyarat kita itu akan  diterima oleh cendekiawan yang serupa dengan manusia? Kita tidak tahu,  Namun demikian banyak hal yang memperkuat dugaan kita bahwa informasi  yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita ada di bumi kita sendiri. 
Kita  sedang berusaha sekuat tenaga untuk menetralisir daya gravitasi. Kita  sedang membuat eksperimen dengan partikelpartikel elementer dan  Antimatter. Apakah kita telah cukup banyak berbuat untuk menemukan data  yang terpendam dalam bu mi kita, sehingga kita akhirnya dapat menentukan  tanah asal kita ? Kalau kita perhatikan segala sesuatu itu dengan  sungguh-sungguh, banyak hal yang dulu sulit cocoknya dengan mosaik masa  lampau kita itu; sekarang malah menjadi masuk akal.
Bukan  saja petunjuk-petunjuk yang relevan dalam naskah-naskah purbakala,  melainkan juga “fakta-fakta kuat” yang terdapat di seluruh pelosok bumi  membuka dirinya terhadap pandangan kritis. Akhirnya, kita mempunyai  alasan untuk berpendapat demikian. Oleh karena itu, wawasan manusia itu  akhirnya menyadari bahwa dasar kebenaran eksistensinya sampai sekarang  dan segala perjuangannya untuk maju benar-benar harus belajar dari masa  silam supaya ia dapat menyiapkan diri untuk mengadakan hubungan dengan  eksistensi di ruang angkasa. 
Sekali  hal itu terjadi, maka individualis yang paling cerdik dan paling  tangguh harus mengerti bahwa segenap tugas umat manusia itu ialah me  nempati alam semesta, dan segenap tugas rokhaniah manusia terletak dalam  pengabdian dari seluruh usahanya dan pengalaman praktisnya.
Dengan  demikian, janji para “dewa” bahwa damai di bumi dan bahwa jalan ke  sorga terbulka, dapat menjadi kenyataan. Apabila wewenang kekuasaan dan  intelek yang ada diabdikan kepada penyelidikan ruang angkasa, maka  hasil-hasilnya akan membuat kemustahilan perang di bumi menjadi terang. 
Apabila  semua ras, semua orang, semua bangsa bersatu dalam tugas supranasional,  yakni untuk membuat perjalanan ke planet-planet yang jauh menjadi  teknis yang dapat dilaksanakan, maka bumi ini dengan segala  problema-problema mininya akan kembali ke dalam hubungannya yang benar  dengan proses-proses kosmis. Para akhli ilmu gaib boleh mematikan lampu  gaibnya, para alkemi boleh menghancurkan cawan-cawannya,  perhimpunan-perhimpunan persaudaraan rahasia boleh mencopot topitopinya.
Sekarang  sudah tidak mungkin lagi untuk mengibuli orang-orang yang sudah  bertahun-tahun dibohongi Sekali alam semesta membuka pintunya, kita akan  mendapat masa depan yang lebih baik. Saya mendasarkan alasan saya untuk  meragukan interpretasi tentang masa silam kita yang jauh pada  pengetahuan yang telah ada sekarang. Jika saya mengakui bahwa saya  skeptis atau ragu-ragu, maka yang saya maksudkan dengan kata skeptis itu  ialah seperti yang diartikan oleh Thomas Mawn dalam ceramahnya pada  tahun dua puluhan: “Hal yang positif tentang skeptis ialah, bahwa ia  menganggap segala sesuatu mungkin.
source: http://tidakmenarik.wordpress.com/2010/05/31/pulau-easter-tanah-manusia-burung/
1 komentar:
menarik sekali bro artikel nya,, sayang ,, banyak banget, jdi males bacanya.. komen aja yah... sukses selalu ^.^
#blom baca tapi udah tau kalo menarik ... aneh... ^.^