Apakah Bumi adalah Jupiter yang Gagal?
Diposting oleh astrounik pada Kamis, 29 Maret 2012
Teori pembentukan planet yang  umumnya dipercaya saat ini adalah akresi inti. Mulanya, ada piringan gas  raksasa di sekitar bintang yang baru lahir. 
Partikel debu pada piringan itu  bergabung membentuk objek yang lebih besar disebut planetesimal yang  kemudian membentuk struktur yang lebih besar.
Akibat proses itu, massa yang  terbentuk pun lebih besar. Pada satu massa tertentu, disebut massa  kritis, gravitasi akan menarik massa gas dari piringan yang terdapat di  sekitar gumpalan tersebut. 
Demikianlah, planet batuan kemudian terbentuk dari proses yang panjang dan rumit tersebut.
Teori baru yang diajukan  Nayakshin disebut tidal downsizing. Berdasarkan teori ini, gumpalan gas  pada awalnya terbentuk di zona yang jauh dari tempat planet umumnya  ditemukan sejauh ini. 
Dalam prosesnya, gumpalan gas mendingin dan menyusut menjadi planet yang masih tergolong massif, sekitar 10 kali ukuran Jupiter.
Selama penyusutan berlangsung,  partikel debu yang terdapat dalam piringan gas bergabung menjadi lebih  besar dan kemudian "jatuh" ke bagian tengah gumpalan gas, membentuk  padatan yang solid di sana. 
Di sinilah akhirnya terbentuk planet batuan primitif dengan pembungkus gumpalan gas di luarnya.
Peristiwa selanjutnya, piringan  gas membawa planet primitif ini mendekati bintangnya. Gas pembungkus  planet primitif ini kemudian "dimakan" oleh bintang induknya. 
Bagian yang "selamat" hanya inti berwujud padat dan sebagian gas, terselamatkan karena massa jenisnya yang tergolong besar.
Proses perampasan gas pembungkus inilah yang kemudian membentuk planet Super Earth atau planet batuan seperti Bumi. 
Dengan kata lain, Super Earth  dan planet batuan pada dasarnya adalah planet gas yang tak memiliki  kesempatan untuk tumbuh dewasa karena mekanisme di semesta serta  "kejahatan" sang bintang.
Nayakshin menguraikan teori baru  pembentukan planet ini di Monthly Notice jurnal Royal Astronomical  Society yang terbit Agustus lalu. 
Ia mengakui, sebagai sebuah  teori baru, masih banyak kelemahan yang harus ditutupi dan masih harus  diuji. Ia berharap para ilmuwan berkenan mengkaji lebih lanjut teori  yang dipaparkannya.
Menanggapi teori Nayakhsin,  Aaron Boley dari University of Florida yang melakukan penelitian tentang  pembentukan planet gas raksasa mengatakan bahwa proses tidal disruption  memungkinkan kehidupan berevolusi pada sistem bintang yang lebih  bervariasi. 
"Ini cara lain alam menciptakan planet," kata Boley. Makin banyak planet, makin besar potensi kehidupan.
Nayakhsin sendiri mengatakan,  model akresi inti dan tidal disruption memiliki langkah-langkah fisik  yang sama tetapi proporsinya berbeda. 
"Dalam hal ini, model finalnya  mungkin adalah gabungan," katanya. Ia juga menbambahkan bahwa planet  batuan yang terbentuk pada proses tidal disruption mungkin berukuran  "nol sampai 10 massa Bumi." 
referensi
www.goodpaste.com
0 komentar: